- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
A.
Adab ketika di masjid
Masjid adalah rumah Allah yang berada di atas bumi. Memiliki
kedudukan yang agung di mata kaum muslimin karena menjadi tempat bersatunya
mereka ketika shalat berjamaah dan kegiatan beribadah lainnya. Umat Islam
senantiasa akan mulia manakala kembali memakmurkan masjid seperti halnya
generasi salaf dahulu.
Sebagai rumah dari rumah-rumah Allah Ta’ala yang
mempunyai peranan vital, ada beberapa etika yang telah digariskan oleh Islam
ketika berada di dalamnya. Antara lain :
1. Mengikhlaskan Niat Kepada
Allah Ta’ala
Hendaknya
seseorang yang ingin ke masjid mengikhlaskan niatnya sehingga Allah Ta’ala menerima
ibadah yang ia lakukan di masjid. Hendaknya ia mendatangi masjid untuk menunaikan
tugas seorang hamba yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala tanpa
dilandasi rasa ingin dipuji manusia atau ingin dilihat oleh masyarakat. Karena
sesungguhnya setiap amalan itu tergantung dari niatnya.
2. Berpakaian Indah Ketika Hendak
Menuju Masjid
Sebagaimana
perintah Allah Ta’ala dalam firman-Nya:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ
عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ
“Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid”
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “dalam ayat ini,
Allah tidak hanya memerintahkan hambanya untuk menutup aurat, akan tetapi
mereka diperintahkan pula untuk memakai perhiasan. Oleh karena itu hendaklah
mereka memakai pakaian yang paling bagus ketika shalat”
Dan
dijelaskan dalam kitab tafsir karangan Imam Ibnu Katsir rahimahullah,
“berlandaskan ayat ini dan ayat yang semisalnya disunahkan berhias ketika akan
shalat, lebih-lebih ketika hari Jumat dan hari raya. Termasuk perhiasan yaitu
siwak dan parfum”
3. Menghindari Makanan Tidak Sedap
Baunya
Maksudnya
adalah larangan bagi seseorang yang makan makanan yang tidak sedap baunya,
seperti mengonsumsi makanan yang menyebabkan mulut berbau, seperti bawang
putih, bawang merah, jengkol, pete, dan termasuk juga merokok atau yang lainnya
untuk menghadiri shalat jamaah, berdasarkan hadis,
Dari
Jabir radhiallahu’anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda, “Barang siapa yang memakan dari tanaman ini
(sejenis bawang dan semisalnya), maka janganlah ia mendekati masjid kami,
karena sesungguhnya malaikat terganggu
dengan bau tersebut, sebagaimana manusia”
Juga
hadis Jabir, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ أَكَلَ ثَوْمًا أَوْبَصَلاً
فًلْيَعْتَزِلْنَا أَوْ قَالَ فَلْيَعْتَزِلْ مَسْجِدَنَا وَلْيَقْعُدْ فيِ
بَيْتِهِ
“Barang
siapa yang makan bawang putih atau bawang merah maka hendaklah menjauhi kita”,
atau bersabda, “Maka hendaklah dia menjauhi masjid kami dan hendaklah dia
duduk di rumahnya”[5].
4. Bersegera Menuju Rumah
Allah Ta’ala
Bersegera
menuju masjid merupakan salah satu ciri dari semangat seorang muslim untuk
melakukan ibadah. Jika waktu shalat telah tiba, hendaklah kita bersegera menuju
masjid karena di dalamnya terdapat ganjaran yang amat besar, berdasarkan hadis:
Dari
Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda, “Seandainya manusia mengetahui keutamaan shaf
pertama, dan tidaklah mereka bisa mendapatinya kecuali dengan berundi niscaya
mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui keutamaan bersegera
menuju masjid niscaya mereka akan berlomba-lomba”
5. Berjalan Menuju Masjid Dengan
Tenang dan Sopan
Hendaknya
berjalan menuju shalat dengan khusyuk, tenang, dan tentram. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam melarang umatnya berjalan menuju shalat secara tergesa-gesa
walaupun shalat sudah didirikan. Abu Qatadah radhiallahu’anhu berkata, “Saat
kami sedang shalat bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,
tiba-tiba beliau mendengar suara kegaduhan beberapa orang. Sesudah menunaikan
shalat beliau mengingatkan,
مَا شَأْنُكُم؟ قَالُوْا:
اِسْتَعْجَلْنَا إِلىَ الصَّلاَةِ. فَقَالَ: فَلاَ تَفْعَلُوْا, إِذَا أَتَيْتُمْ
إِلَى الصَّلاَةِ فَعَلَيْكُمْ بِاالسَّكِيْنَةِ فَمَا أَدْرَكْتُمْ
فَصَلُّوْا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوْا
“Apa
yang terjadi pada kalian?” Mereka menjawab, “Kami tergesa-gesa menuju shalat.”
Rasulullah menegur mereka, “Janganlah kalian lakukan hal itu. Apabila kalian
mendatangi shalat maka hendaklah berjalan dengan tenang, dan rakaat yang kalian
dapatkan shalatlah dan rakaat yang terlewat sempurnakanlah”. Ketika Masuk
Masjid Berdoa dan Mendahulukan Kaki Kanan
6.
Hendaklah orang yang keluar dari rumahnya membaca doa,
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى
اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Dengan
menyebut nama Allah aku bertawakal kepada-Nya, tidak ada daya dan upaya selain
dari Allah semata”
Kemudian
ketika berjalan menuju masjid hendaklah berdoa,
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي
نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا وَفِي سَمْعِي نُورًا وَعَنْ يَمِينِي نُورًا وَعَنْ
يَسَارِي نُورًا وَفَوْقِي نُورًا وَتَحْتِي نُورًا وَأَمَامِي نُورًا وَخَلْفِي
نُورًا وَاجْعَلْ لِي نُورًا
“Yaa
Allah… berilah cahaya di hatiku, di penglihatanku dan di pendengaranku, berilah
cahaya di sisi kananku dan di sisi kiriku, berilah cahaya di atasku, di
bawahku, di depanku dan di belakangku, Yaa Allah berilah aku cahaya”
7.
Masuk dengan kaki kanan dan membaca doa masuk masjid hendaknya membaca doa
“Allahummaftahlii abwaaba rohmatik”
Yang
artinya Ya allah bukakanlah pintu-pintu rohmat-Mu
8. Shalat Tahiyatul Masjid
Di
antara adab ketika memasuki masjid adalah melaksanakan shalat dua rakaat
sebelum duduk. Shalat ini diistilahkan para ulama dengan shalat tahiyatul
masjid. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ
فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِ
“Jika
salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat
sebelum dia duduk”
Yang
dimaksud dengan tahiyatul masjid adalah shalat dua rakaat sebelum duduk di
dalam masjid. Tujuan ini sudah tercapai dengan shalat apa saja yang dikerjakan
sebelum duduk. Oleh karena itu, shalat sunnah wudhu, shalat sunnah rawatib,
bahkan shalat wajib, semuanya merupakan tahiyatul masjid jika dikerjakan
sebelum duduk. Merupakan suatu hal yang keliru jika tahiyatul masjid diniatkan
tersendiri, karena pada hakikatnya tidak ada dalam hadis ada shalat yang
namanya ‘tahiyatul masjid’. Akan tetapi ini hanyalah penamaan ulama untuk
shalat dua rakaat sebelum duduk.
9. Mengagungkan Masjid
Bentuk
pengagungan terhadap masjid berupa hendaknya seseorang tidak bersuara dengan
suara yang tinggi, bermain-main, duduk dengan tidak sopan, atau meremehkan
masjid. Hendaknya juga ia tidak duduk kecuali sudah dalam keadaan berwudhu
untuk mengagungkan rumah Allah Ta’ala dan
syariat-syariat-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
“Demikianlah
(perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, Maka
Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” [15].
10. Menuggu Ditegakkannya Shalat
Dengan Berdoa Dan Berdzikir
Imam
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Setelah shalat dua rakaat
hendaknya orang yang shalat untuk duduk menghadap kiblat dengan menyibukkan
diri berdzikir kepada Allah, berdoa, membaca Alquran, atau diam dan janganlah
ia membicarakan masalah duniawi belaka”
Terdapat
keutamaan yang besar bagi seorang yang duduk di masjid untuk menunggu shalat,
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam,
فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فيِ
الصَّلاَةِ مَاكَانَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ واْلمَلاَئِكَةُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
أَحَدِكُمْ مَادَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلىَّ فِيْهِ يَقُوْلُوْنَ:
اَللّهُمَّ ارْحَمْهُ الّلهُمَّ اغْفِرْ لَهُ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيْهِ مَا لَمْ
يُحْدِثْ
“Apabila
seseorang memasuki masjid, maka dia dihitung berada dalam shalat selama shalat
tersebut yang menahannya (di dalam masjid), dan para malaikat berdoa kepada
salah seorang di antara kalian selama dia berada pada tempat shalatnya, Mereka
mengatakan, “Ya Allah, curahkanlah rahmat kepadanya, ya Allah ampunilah dirinya
selama dia tidak menyakiti orang lain dan tidak berhadats”[17].
B. Adab
ketika di tempat umum
Aktivitas yang satu ini tidak bisa lepas dari keseharian
kita. Baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Lalu, bagaimana pula sikap
dan cara kita mengatur gerakan yang satu ini? Adakah ketentuan dan rambu-rambu
syariat yang mesti kita lakukan? Ya, ada beberapa aturan Islam dalam hal
berjalan.
1. Bersikap tawadhu dan tidak sombong dalan berjalan
Dada dibusungkan, kepala yang agak diangkat, dan sikap berjalan lain yang mencerminkan kesombongan tidaklah Allah ridhai. Bahkan, sikap seperti ini justru akan mendatangkan murka Allah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Isra’: 37)
Demikian pula dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
2. Tidak berjalan dengan memakai satu sandal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya syaithan berjalan dengan satu sandal.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah)
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan satu sandal. Hendaklah ia memakainya semua atau melepaskannya semua.” (HR. Al Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Demikianlah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa memakai satu sandal dalam berjalan adalah amalan syaithan. Sedangkan kita diperintahkan untuk menyelesihi semua tindak tanduk syaithan. Sebab, syaithan senantiasa berupaya untuk menyelisihi syariat Allah, dan mengajak manusia untuk mengikutinya.
3. Sesekali bertelanjang kaki dalam berjalan
Berdasarkan perkataan Fudhalah radhiyallahu ‘anhu,
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami agar kadang-kadang telanjang kaki (ketika berjalan).” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam silsilah Kitab Ash Shahihah dan Kitab Shahih Sunan Abi Dawud)
4. Melakukan cara jalan yang baik dan meninggalkan cara jalan yang tidak baik
Adapun berjalan yang baik adalah sebagai berikut.
a. Berjalan dengan cepat, tenang, dan baik.
Hal ini sebagaimana cara jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling cepat jalannya, paling baik, dan tenang. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah bercerita,
“Saya tidak pernah melihat orang yang paling gagah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seakan-akan matahari berjalan di wajahnya, dan saya tidak pernah melihat seseorang yang paling cepat jalannya daripada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, seakan-akan bumi terlipat untuk beliau.” (HR. At-Tirmidzi)
Cepat dalam berjalan tidak berarti tergesa-gesa. Namun, cepatnya jalan beliau menandakan kekuatan dan semangat ketika berjalan.
b. Berjalan tegak dan tidak membungkuk.
Demikianlah contoh cara berjalan yang baik. Sebagaimana ini adalah cara jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orangnya berpostur sedang, tidak tinggi ataupun pendek, fisiknya bagus. Warna kulitnya kecoklatan. Rambutnya tidak keriting, juga tidak lurus. Apabila berjalan, beliau berjalan dengan tegak.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Demikian pula hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Beliau berjalan dengan tegak layaknya orang yang sedang menapaki jalan menurun.” (HR. At Tirmidzi)
c. Memosisikan badan condong ke depan.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan, beliau condong ke depan seakan-akan beliau turun dari shabab (tempat yang tinggi).” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Jalan seperti ini adalah jalannya orang-orang yang memiliki tekad dan keinginan yang kuat
1. Bersikap tawadhu dan tidak sombong dalan berjalan
Dada dibusungkan, kepala yang agak diangkat, dan sikap berjalan lain yang mencerminkan kesombongan tidaklah Allah ridhai. Bahkan, sikap seperti ini justru akan mendatangkan murka Allah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Isra’: 37)
Demikian pula dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
2. Tidak berjalan dengan memakai satu sandal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya syaithan berjalan dengan satu sandal.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah)
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan satu sandal. Hendaklah ia memakainya semua atau melepaskannya semua.” (HR. Al Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Demikianlah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa memakai satu sandal dalam berjalan adalah amalan syaithan. Sedangkan kita diperintahkan untuk menyelesihi semua tindak tanduk syaithan. Sebab, syaithan senantiasa berupaya untuk menyelisihi syariat Allah, dan mengajak manusia untuk mengikutinya.
3. Sesekali bertelanjang kaki dalam berjalan
Berdasarkan perkataan Fudhalah radhiyallahu ‘anhu,
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami agar kadang-kadang telanjang kaki (ketika berjalan).” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam silsilah Kitab Ash Shahihah dan Kitab Shahih Sunan Abi Dawud)
4. Melakukan cara jalan yang baik dan meninggalkan cara jalan yang tidak baik
Adapun berjalan yang baik adalah sebagai berikut.
a. Berjalan dengan cepat, tenang, dan baik.
Hal ini sebagaimana cara jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling cepat jalannya, paling baik, dan tenang. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah bercerita,
“Saya tidak pernah melihat orang yang paling gagah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seakan-akan matahari berjalan di wajahnya, dan saya tidak pernah melihat seseorang yang paling cepat jalannya daripada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, seakan-akan bumi terlipat untuk beliau.” (HR. At-Tirmidzi)
Cepat dalam berjalan tidak berarti tergesa-gesa. Namun, cepatnya jalan beliau menandakan kekuatan dan semangat ketika berjalan.
b. Berjalan tegak dan tidak membungkuk.
Demikianlah contoh cara berjalan yang baik. Sebagaimana ini adalah cara jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orangnya berpostur sedang, tidak tinggi ataupun pendek, fisiknya bagus. Warna kulitnya kecoklatan. Rambutnya tidak keriting, juga tidak lurus. Apabila berjalan, beliau berjalan dengan tegak.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Demikian pula hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Beliau berjalan dengan tegak layaknya orang yang sedang menapaki jalan menurun.” (HR. At Tirmidzi)
c. Memosisikan badan condong ke depan.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan, beliau condong ke depan seakan-akan beliau turun dari shabab (tempat yang tinggi).” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Jalan seperti ini adalah jalannya orang-orang yang memiliki tekad dan keinginan yang kuat
Komentar
Postingan Populer
ASMAUL HUSNA (AL-MUHYI, AL-MUMIT, AL-BAQI)
A. Al Muhyi ialah Dzat Yang Menciptakan kehidupan pada setiap makhluk. Tidak ada yang menciptakan kehidupan dan kematian kecuali hanya Allah SWT. Dan tidak ada yang menghidupkan dan mematikan kecuali Dia. Kematian dan kehidupan itu terikat dengan kehendak-Nya. Jadi, kalau Dia menghidupkan atau mematikan, maka itu adalah sesuai dengan kehendak-Nya dan mengikuti ilmu-Nya yang azali. karena itu tidak perlu diulang lagi di sini.Berakhlak dengan ism ini menghendaki seseorang agar selalu menyerahkan dan menggantungkan segala urusannya kepada Allah dan kembali kepada-Nya dengan menghidupkan segala petunjuk hamba dengan perbuatan taat. Nama ini berarti Yang Maha Menghidupkan. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan nama ini dalam surat Fushilat ayat 39. “Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus. Apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya RabbYang Menghidupkan nya tentu dapat menghidupk
MINUMAN YANG HALAL DAN HARAM
A . Minuman Yang Halal 1. Arti minuman halal Islam telah mengatur bahwa semua minuman yang halal boleh dinikmati. Minuman yang halal adalah semua jenis minuman yang terbuat dari bahan-bahan yang dihalalkan walaupun bahan dasarnnya adalah air seperti: kopi, teh, es juice dan lain-lain. Seperti dalil dibawah ini, الْخَبٰئِثَ عَلَيْهِمُ وَيُحَرِّمُ الطَّيِّبَاتِ لَهُمُ وَيُحِلُّ Artinya : ...dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk ...” (QS. Al-Araf [7]:157) A. Minuman Halal 1.Arti Minuman Halal Minuman halal adalah minuman yang dihalalkan untuk dikonsumsi oleh manusia menurut syari’at Islam. Pada hakikatnya hukum minuman sama dengan makanan yaitu pada dasarnya diperbolehkan atau halal. Firman Allah dalam QS. Al-A’raf (7):157: الْخَبٰئِثَ عَلَيْهِمُ وَيُحَرِّمُ الطَّيِّبَاتِ لَهُمُ وَيُحِلُّ Artinya : … Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik-baik dan mengharamkan bagi merek
Hotel near Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
BalasHapusSave up to 60% 사천 출장마사지 Fast and Easy Cherokee, NC 고양 출장마사지 28906, United States 군산 출장샵 · Hotel 공주 출장마사지 Location. 3475 US Highway 3575 Cherokee, North Carolina 28719, 김제 출장안마 United States · Map of Map